Renungan #2

“Porsi terbesar dalam ibadah (90%) adalah mencari rizki yang halal, karena dengan rizki yang halal akan menjadikan hidup barokah, keluarga bahagia, dan anak2 yang hebat”

“Seorang menjadi mulia atau hina disebabkan karena ujian”

“Sejatinya karakter dari manusia itu, senang untuk berleha2(lalai), ikut hawa napsu, melakukan hal yang ringan2, dan suka harta. Tepai dengan ibadah (shalat, puasa, zakat, dan haji) bisa menentang karakter2 tsb”

“Yang pada dasarnya karakter2 tesebut adalah alat bagi syaitan untuk menggoda manusia”

 

 

Renungan #2

Pandai-Pandai dalam Melih Guru Agama

Sebagai seorang manusia, kadangkala seseorang itu butuh pembimbing, penasihat, dan pendorong dalam mengarungi hiruk pikuk kehidupannya sehari-hari. Lebih-lebih pada hal yang berurusan dengan perkara agama. Dalam hal ini, pembimbing dan penasihat biasa dipanggil Ustad, Kiyai,  atau Tuan Guru (untuk kalangan masyarakat lombok) oleh para jama’ah-nya. Gelar tersebut diberikan oleh masyarakat pada orang-orang yang  memiliki kedalaman ilmu agama dan pengamalan yang tinggi. Dalam diri mereka terpancar jiwa yang kharismatis dan berwibawa. Sehingga mereka sangat dihormati dan disegani oleh mansyarakat.

Melihat penomena juru dakwah selebriti yang muncul sekarang ini, sungguh membuat dilema. Satu sisi gaunggnya dibutuhkan untuk mempercepat penyebaran dakwah islamiyah, tetapi disisi lain kualitas dari materi yang disampaikan juruk dakwah tersebut sungguh disayangkan. Materi yang disampaikan banyak menimbulkan pro dan kontra ditengah masyarakat dan bahkan ada yang hampir mengarah pada kesesatan. Coba tengok berita yang diturunkan oleh media-media daring, isi beritanya menerangkan bahwa ada seorang juru dakwah disebuah stasiun tv nasional yang sekarang ini sudah tidak dipanggil lagi ustad oleh MUI, akan tetapi lebih pada seorang komedian, mengingat pada konten dakwah yang disampaikan menimbulkan keresahan.

Adanya kejadian ini mengingatkan saya pada nasihat guru saya ketika mondok dulu. Beliau berpesan untuk pandai-pandai dalam mencari guru agama. setidaknya diperlukan observasi bagi seorang murid untuk melihat karakter dari guru agama sebelum berguru padanya. Bagaimana ilmu agama yang dimilikinya, perangainya, dan keseharinnya. Tidak sekedar dapat info tentang sebuah kajian kemudian berhasrat untuk menghadirinya. Atau mungkin sudah zamannya seperti ini, sehingga tidak bisa dielakkan penomena seperti ini. Tiba-tiba saya kangan dengan kampung saya

Pandai-Pandai dalam Melih Guru Agama

Komitmen Sebagai Agen Berubah

Tidak bisa dipungkiri, anjuran untuk menjadi orang yang bisa memberi manfaat bagi lingkungannnya sangat kuat dalam ajaran islam. Begitulah kira-kira sekelumit pesan yang saya terima selama saya belajar tentang agama. Pesan tersebut sedang saya coba install ke dalam pikiran, perasaan, tingkah, perilaku, dan segala apsek kehidupan saya. Saya merasa bahwa menerapkan pandangan hidup tersebut ke dalam segala aspek kehidupan butuh latihan-latihan kecil sehingga pada akhirnya perilaku menjadi terbiasa tampa dipikir terlebih dahulu atau bahkan disuruh.

Perubahan dalam hal ini bukan berarti mengganti sesuatu yang lama secara total. Akan tetapi lebih mengarah kepada memberikan sedikit manfaat dan nilai pada suatu hal yang dirasa tidak efektif atau efesien. Selama ini diyakini bahwa mahasiswa adalah agen perubahan. Lebih-lebih bagi sekelompok mahasiswa yang menyibukkan diri dalam dunia aktivis. Mereka dengan bangga mengangkat bendera yang menyimbolkan perubahan sembari membusungkan dada seoalah-olah ingin menggilas orang-orang yang mentangnya. Aktivitas masyarakat menjadi terganggu ulah dari perilaku semena-mena meraka di jalanan. Di lain sisi juga banyak dijumpai pebisnis, politisi, dan bahkan pemimpin yang seyogyanya memiliki wewenang untuk mengajak masyarakat menuju kondisi yang lebih baik malah justru mereka menggunakan segala wewenang yang melekat pada dirinya untuk meng-gol-kan kepentingan peribadi dan golongannya. Sungguh miris melihat kondisi ekonomi masyarakt kecil yang sekarang ini seolah-olah dihantam badai dengan menjamurnya minimarket di berbagai penjuru pelosok desa. Para pedang kecil tesebut hari demi hari mulai sepi peminatnya. Sehingga bukan tidak mungkin pada akhirnya warungya akan sepi pembeli. Dengan tingkat pendidikan yang rata-rata masih rendah, mereka tidak tau cara melawan. Bahkan para sarjana yang diharapkan bisa membantu masyarakat kecil tersebut bebas dari cengkaraman pebisnis minimarket justru ikut dalam golongan melawan masyarakat kecil. Begitulah kira-kira sekelumit gambaran tentang pentingnya arti perubahan dalam masyarakat sekarang ini. Oleh karena itu penting kiranya masyarakat diberdayakan oleh orang-orang yang memiliki komitmen perubahan.

Paradigma perubahan membutuhkan komitmen yang kuat bagi orang yang akan menjalankannya. Dalam bukunya Self Driving, Renal Kasali menyebutkan bahwa dibutuhkan latihan-latihan khusu untuk menjadi seorang perubah. Dimulai dari diri sendiri, seorang harus memiliki sikap disiplin, sikap sederhana, asertif, rasa ingin tahu yang kuat, pola pikir yang keritis dan inovatif. Dengan membiasakan sikap-sikap tersebut, seorang bisa memiliki karakter yang lebih kuat pada akhirnya seperti berwibawa, terpercaya, amanah, dan bertanggung jawab. Sehingga dengan karakter tesebut seorang bisa memberi dampak perubahan pada lingkungannya melalui program-program yang dicanangkannya.

Selamat melakukan Perubahan 🙂

Komitmen Sebagai Agen Berubah